Pages

Kamis, 31 Juli 2014

dari Rys ke Try bagian terakhir



Dear Tri,

Hai kak, apa kabarmu? Kuharap kau lebih baik dari biasanya. Mungkin kau sudah capek dengan ribuan suratku tapi aku yakin kau akan mengerti kenapa aku lakukan itu. Sudah dua bulan kita pacaran dan mungkin surat ini adalah yang terakhir aku kirimkan padamu. Aku tadi mungkin salah sebut, ya tepat dua bulan tapi tepat juga kita berakhir. Aku tak pernah berfikir sebelumnya kalau akan secepat dan sesakit ini.

Kak, mungkin kau membaca ini ketika orang lain berada disampingmu. Saat kata pisah itu meluncur mulus dari bibirmu, aku rasa tulang tungkai kakiku sudah patah, dan mataku panas. Aku tak tahu apa yang harus aku katakan lagi, semua sudah kau putuskan. Hanya air mata yang menetes perlahan dipipi ini. Aku terlalu munafik jika aku berkata aku siap dengan keputusanmu tapi egomu lebih besar dari usahaku. Aku masih tak percaya kalau ini adalah surat terakhirku untukmu.


Kak, mungkin kau juga tak bisa secepat itu berpaling, tapi setidaknya sakitku lebih dari  sakitmu. Aku masih terus berharap ada sebuah celah yang  bisa memperbaiki semuanya, tapi kenyataannya begitu pahit untuk ketelan. Aku masih sering merindukan apapun yang kamu lakukan, merindukan tingkahmu dan segala tentangmu. Aku masih terlalu berat untuk berpaling darimu,

Kak, kau tahu namamu di hatiku terukir sangat dalam,entah berapa tetes air mata yang bisa mengerus namamu sedikit demi sedikit. Aku masih merasa kau selalu ada untukku, aku merasa kau masih ada disampingku, tapi aku sadar imajinasiku terlalu berlebihan untuk itu. Aku juga kadang lupa kalau kita sudah tak bersama, kadang aku menunggu kabarmu, gelisah kalau tak mendengar kabarmu. Aku segera sadar aku lagi-lagi memiliki angan bodoh.

Aku jadi mengingat suratku sebelumnya, tentang cinta kita yang istimewa. Sekarang aku pasrah dengan yang memisahkan kita, dan Aku sudah menyerah dengan cinta yang istimewa ini. Tuhan telah memberi judge jika kita harus berakhir meski caranya berbeda penuh dengan luka. Kita dulu adalah pelanggar, tapi Tuhan kini mencoba menjadikan kita sebagai penurut. Tapi jujur sampai saat ini aku masih menyayangimu dan terus menangis jika mengingat kenangan kita, sudahlah kau sudah bahagia dengan yang lain aku hanya bisa melihat dari luar lingkaranmu sekarang, menjadi orang asing yang tak kenal siapa dan apa kamu.

Aku sudah terlalu banyak menangis untuk menulis surat ini, jika aku menulis menggunakan pulpen dan kertas sudah pasti semua telah hancur karena air mata. Aku sudah menyerah dengan kenyataan, aku hanya bisa diam dan menjadi penonton saat waktu menyisakan rasa sakit untuk kita.
Jika aku masih mempunyai waktu aku ingin mengucapkan maaf dengan segala kekuranganku, aku cukupkan surat ini aku tak ingin air mataku merusak malam takbiran tahun ini.

With Love
Rys












Ahmad Haris Mirta
Pasangkayu 1 Agustus 2014
Pukul 00.07

0 komentar:

Posting Komentar