Pages

Sabtu, 25 Februari 2017

Surat (Terakhir)



Untukmu
Di
Bumi Tuhan

Saya tidak tahu mau mulai dari mana, menceritakan bagaiamana perasaan ini muncul. Kita tidak pernah menyadari bahwa ketika kita selalu bersama, bahwa akan ada sesuatu yang muncul diantara kita. Entah itu sebuah perasaan sepihak atau sebuah perasaan yang bisa berdampingan. Saya tidak tau sejak kapan perasaan ini muncul untuk pertama kalinya, saya merasakannya ketika melihat senyumanmu, tawamu yang khas, serta setiap tingkahmu. Maafkan saya telah memperhatikanmu tanpa izin darimu. Saya punya hak untuk menentukan hati saya akan berlabuh kemana. Meski banyak orang yang menawari saya untuk berlabuh, entah kenapa hati ini ingin kembali padamu.

Saya bukanlah orang yang selalu berada dalam setiap khayalmu, imajimu, bahkan dalam setiap impianmu. Saya tidaklah seperti orang pendiam yang selama ini kamu idamkan, bukan orang saleh yang selama ini kamu impikan. Saya hanya pemuda biasa dengan sifat apa adanya yang memiliki perasaan pada kamu. Saya hanyalah seorang pemimpi dengan segudang harapan yang ingin saya bawa dan wujudkan. Saya tahu berat jika mengetahui kejelasan dari sebuah perasaan yang sepihak ini. Saya terlalu lama memendam ini sendiri, tapi saya bahagia jika perasaan ini hidup, tumbuh, dan mati sendiri. Saya sadar jika diantara kita tidak lebih dari saling menghargai, saya tahu kita tidak pernah lebih dari ikatan teman biasa.

Saya pernah menjadi orang bodoh ketika saya selalu bermimpi kita akan bersama suatu hari nanti, saya pernah menjadi orang yang bodoh ketika saya berharap suatu hari nanti kita bisa berbicara dengan nyaman, saya pernah menjadi orang bodoh ketika saya ingin suatu hari nanti kita akan berjalan berdampingan. Kebodohan terbesar saya adalah ketika saya memutuskan untuk mencintai kamu.

Saya memang bukanlah tipe laki-laki yang ada dalam setiap impimu, imajimu, khayalmu, dan anganmu. Saya hanyalah laki-laki yang selalu berusaha membuatmu nyaman ketika berada di dekat saya. Saya yakin semua perasaan ini sebenarnya tidak pantas saya miliki untuk seorang gadis sepertimu. Gadis dengan sejuta impi dan berbagai imaji dan seorang pengharap terhadap seorang imam yang menurutmu lebih dari segalanya. Saya tidaklah seberapa dibanding mereka yang telah kamu impikan, kesalehan, kegagahan, kecerdasan, semua dengan sifat sempurna itu. Saya hanya bisa berdiri dengan segala garis yang telah kau buat, sehingga saya hanyalah seorang penonton yang siap untuk bertepuk tangan ketika pertunjukanmu dan dia berakhir dengan cerita bahagia.

Saya sadar jika ikatan kita tidak lebih dari itu, saya sudah terlalu berharap padamu sehingga lupa kamu manusia yang bisa membuatku kecewa. Bagaimana mungkin saya bisa menghindar ketika setiap saya berpaling, bayanganmu selalu mengikuti. Bagaimana mungkin saya bisa bersembunyi ketika setiap saya menunduk ada ilusi tentangmu. Bagaimana mungkin saya bisa melepaskan ketika saya berlari wajahmu selalu berputar dalam ingatan saya. Saya bingung dengan segala macam perasaan yang saya ciptakan untukmu.

Saya telah sadar jika apa yang selama ini saya harapkan mungkin hanyalah sebuah fatamorgana, tidak ada sesuatu yang jelas dan bias. Semua berputar ambigu dalam setiap pikir saya tentang kamu. Saya memutuskan untuk meninggalkan perasaan saya, dan memulai hal yang lain untukmu. Saya tidak pernah menyesal pernah mencintaimu, hanya saja kenapa saya bisa menghabiskan waktumu dengan cinta kekanak-kanakan semacam ini. Bukankah sudah jelas jawaban selama ini jika saya bukan pilihanmu, dan batasan garis itu sudah jelas ada dimata saya.

Saya akan memilih pergi darimu, memulai hal baru. Mencoba menjadi seorang yang lebih baik. Saya hanya menginginkan kamu bahagia, jika imam yang kamu pilih adalah yang terbaik, doaku selalu menyertai kebahagiaanmu. Maafkan saya telah membuatmu resah dan risih dengan segala keadaan ini. Seperti kita yang dulu, tidak saling mengenal, itu lebih baik dibandingkan kekakuan yang ada diantara kita. Maafkan dengan segal tindakan saya yang membuat anda seperti dibuntuti atau diperhatikan, maafkan saya telah memiliki perasaan yang tidak pantas untukmu. Semoga pilihanmu membuatmu bahagia, dan senyumanmu bisa saya lihat terus berkembang meskipun senyuman manis itu berasal dan untuk orang lain.

Terima kasih telah menjadi orang yang bersedia menyediakan waktu untuk diganggu, dibuat risih dan resah, terima kasih telah hadir menjadi teman, terima kasih telah mau menjadi orang yang saya tempati perasaan sepihak. Semoga segala pilihanmu membawamu pada kebaikan dan kebahagiaan. Ingatlah bahagia, jika saya sudah siap dan Tuhan menilai saya pantas untukmu, saya akan kembali. Namun jika bukan saya yang disiapkan Tuhan, teruslah bahagia dan imammu pasti akan menjaga wanita baik sepertimu.

Dari
Seorang pecinta sepihakmu


Palu, 26 Februari 2017
Ahmad Haris Mirta

(Hanya) Surat



Untukmu
Yang belum halal
Di Bumi Allah

Sampai detik ini, disetiap doaku kuselip namamu untuk menjadi temanku, teman hidupku. Meski aku tak berani mengatakannya secara langsung, tapi aku yakin Allah bisa menyampaikan itu padamu. Aku tak punya apa-apa yang bisa kujanjikan. Aku cukup menjadi pengagum rahasiamu, yang menyukaimu dalam diam, dan membiarkan situasi ini terus terjadi sampai saatnya kau halal untukku.

Aku kadang berpikir untuk sekedar menyapa dan mengajakmu jalan, tapi rasa maluku lebih besar karena aku belum punya apa-apa untukmu. Jika aku bisa menatapmu sebentar saja, mungkin saja mataku yang akan banyak berbicara tentang rasa yang selama ini terpendam. Jangankan menatap matamu atau mengajakmu jalan, berdekatan denganmu dalam diam dan keramaian membuatku berkeringat dan detak jantungku yang tak menentu.

Ingatlah, kita adalah hamba Allah. Jika memang kita ditakdirkan, kita akan bertemu. Dan yakinlah aku berjuang untukmu, bukan berjuang untuk mendapatkanmu tapi mempersiapkan diriku sampai aku dan kamu menjadi kita dalam ikatan yang halal.


                                                    Dari
Perapal namamu dalam setiap doanya. 

Palu, 25 Februari 2017
Ahmad Haris Mirta

Selasa, 21 Februari 2017

Salah



Salah

Aku masih terdiam untuk sekian kalinya ketika harus menunggu sesuatu yang menurutku sangat menyebalkan, ahhh kenapa harus menunggu rapat senat ini! Aku meracau dalam hati, sesekali nafasku yang memburu kehembus dengan kuat. Aku harus menunggu, belum lagi harus masuk untuk mata kuliah selanjutnya. Kapan istirahatmu?
“Woy, hans. Jadi gak sih rapat hari ini?” tanya Rue
“Iya, jadi tunggu kak Pratama ada pertemuan dengan senat universitas”
“Wee, Lama benar. Aku sudah tinggal disini selam 2 jam tanpa ada pergerakan dan kegiatan. Lebih baik aku pulang” Ratna membuka suaranya
“Rat, sabar lah. Pasti jadi rapat kok. Tunggu kak Pratama yah.”
“Terserah, aku lapar. Rue, kalo Hans masuk kita makan di kantin ya”
“Iya, Hans masuk jam 3. Sebentar lagi berarti”
“Ok, aku pinjam ponselmu, aku mau buka Snapchat yah”
“Ok, Hans”
Aku bermain snapchat dengan malas-malasan sesekali melihat snapchat orang lain, sampai akhirnya aku melihat bu lisa masuk ke dalam kelas, aku berlari dan berpamitan pada yang lain.
Selam sejam didalam kelas, seperti biasa perhatian terhadap dosen harus selalu siaga. Kau tahu kan resiko jika tidak memperhatikan, bisa saja ada kuis mendadak atau sejenisnya. Dan itu membuatmu terlihat bodoh! Oh tidak, aku sangat tidak menyukai itu. Setelah berlalu sejam yang penuh materi yang membuatmu fokus, aku memutuskan untuk menemui Ratna dan Rue,
            “Hans, maaf ya. Tadi Snapchatmu tidak sengaja terpakai, aku kira tadi akunku”
            “Oh, tidak apa kok. Memangnya kenapa? Tidak ada yang peduli kok”
            “Haha, kabar baiknya snapchat tadi, aku berfoto dengan Ratna”
            “Apa? Serius? Dia tidak keberatan?”
            “Hm, tadi dia bilang nyuruh aku kasi tau ke kamu kalo hapus aja. Tapi aku lihat kamu tidak akan mengahpus foto itu kan?”
            “Iya, iya. Aku tidak akan menghapusnya.”
            “Sudah ketebak Hans, Oh ya semoga dia leboh peka yah. Hahahha!” Rue tertawa
            “Ok, terima kasih doa dan sedikit sindirannya” Aku menimpalinya
Aku merasa senang dengan hal ini, bagaimana mungkin hanya berfoto di akun sosial media bisa membuat aku menjadi orang kegirangan. Lihat saja wajahku, senang dan bersemu merah. Sesekali aku mengecek snapgramku dan melihat senyumnya, oh sebatas ini saja bisa membuatku senang. Tidak ada hal lain. Kesalahan mengunggah gambar bisa membuatku senang,  salah besar jika harus marah karena kesalahan. Karena terkadang kesalahan bisa membuatmu senang seperti yang terjadi padaku. Salah unggah, tapi mengundang kebahagiaan. Ah sudahlah......


Palu,21 Februari 2017
Ahmad Haris Mirta 

Sabtu, 11 Februari 2017

2 Jam



2 Jam 


“Besok jadi ke kampus kan? Jangan ditunda dong, Kartu Rencana Studiku belum aku urus” Mia mendesak
“Iya, Mia besok kita ke kampus. Ini masih banyak program yang mau dikerjakan. Oh, Tuhan! Kenapa kita santai sekali kemarin-kemarin” Hans mengacak rambutnya.
Mereka adalah mahasiswa KKN di sebuah desa di sudut pulau Kalimantan, Hans adalah seorang koordinator desa untuk desa Panajam yang menjadi lokasi KKNnya, Hans merupakan mahasiswa tingkat akhir Universitas Kaliborneo di bidang Kesehatan Kerja. Mereka telah 2 minggu disana dan bertepatan dengan pengurusan semester baru mereka harus mengurus hal-hal yang dibutuhkan salah satunya yang disebutkan mia. Jadi mereka harus kembali ke kota. Meski tidak terlalu jauh, jaraknya bisa membuat orang berpikir dua kali karena cuaca terik yang menyengat.
Seperti biasa, Hans dan teman-temannya akan melakukan bina suasana dengan warga sekitar. Mulai dari ikut serta bernyanyi, gotong royong, bahkan makan-makan bersama, semua dilakukan demi melancarkan program yang tersisa.
Hans tidak seperti biasanya, dia lebih sering tersenyum dan mungkin saja jatuh cinta. Hans sore itu duduk di balai desa sambil memegang ponselnya, maklum saja jaringan yang lumayan bagus hanya ada pada balai ini. Senyumnya merekah ketika ponsel tersebut menyala dan berbunyi “beep”, satu pesan masuk di ponselnya. Mungkin saja balasan yang ditunggunya akhirnya datang juga,
“Assalamu alaikum, sudah urus KRS?” pesan pertama Hans terkirim
“Walaikum salam, belum Hans. Itu yang aku bingung.” Balasan yang ditunggu akhirnya datang.
“Oh, ya atau begini saja. Besok aku akan ke kota. Aku ambil lembar pembayaran dirumahmu, nanti aku yang urus KRSmu di kampus. Orang rumah adakan?”
“Tidak bisa Hans, soalnya lembar pembayaran aku yang simpan. Lagi pula orang rumah tidak ada. Lebih baik aku sendiri yang urus semua”
“Oh begitu, jadi besok mau pergi dengan siapa? Kalau tidak ada kita sama-sama ke kota bagaimana?”
“Belum tau Hans, teman-temanku besok sudah pergi dan mereka juga punya boncengan. Eh, apa tidak meropatkan? Rumahku jauh dari kampus loh Hans”
“Ah, tidak apa-apa. Aku siap antar sampai rumah. Bagaimana? Besok kita ke kota sama-sama?”
“Tapi nanti kamu capek, kamu yakin. Tapi terserah kamu”
“Ok, tidak apa-apa. Besok aku jemput jam 8. Poskomu masih disamping balai desa kan?”
“Iya Hans, masih disana. Terima kasih ya. Besok aku tunggu”
Senyumnya merekah seketika, pesan itu berakhir disana. Berakhir untuk sebuah kesempatan yang membuat Hans sendiri merasakan sesuatu, seperti kupu-kupu yang terbang diperutnya. Melihat senyuman Hans, teman-temannya mengangetkan Hans,
“Wee, Kordes! Senyum terus. Pasti jatuh cinta!” terika Yuri
“haha, puber kordes lee, pasti yang status di LINE ada hubungannya ini” ucap Nutfa dengan logat sulawesi yang kental
“Oh ya, siapa sih itu? Penasaran deh! Soalnya anak-anak juga lagi kepo loh siapa sih yang bikin kordes keceh ini senyam-senyum, galau-galauan di media sosial” desak Mia
“Ah, sudahlah kalian ini, kepo! Oh ya mia, besok aku akan berangkat duluan ke kota soalnya aku pergi sama seseorang. Nanti aku jemput jam 10 terus berangkat sama-sama, boleh?”
“terserah bapak kordes, tapi hmm, pasti yang mau dijemput orang yang bikin pak kordes galau-galau dan kadang senyum-senyum sendiri”
“Ah ngawur kamu, okay!. Yuk kita balik posko, yang lain pasti sudah menunggu.”
Mereka kembali ke posko yang tak jauh dari balai desa. Malam itu rutinitas bina suasana dengan bernyanyi masih terus menjadi jurus andalan anak-anak ini untuk menarik simpati warga. Sesekali Hans ikut bergoyang, meski sebenarnya itu adalah sebuah kajaiban Hans bisa bergoyang. Hans malam itu sangat senang, beberapa kali dia tersenyum dan bahkan bernyanyi lagu cinta yang bisa kalian bayangkan bagaimana suaranya bisa merusak malam yang meriah di desa tersebut.
“Wuih rapi betul, baru jam 7.30 sudah klimis nih pak kordes” Yeli menggoda
“hahah, ini mau jemput teman di posko desa sebelah. Sama-sama ke kota”
“Oh yang ini toh. Siapa yah yang di desa sebelah?” teriak Mia
“Haha, aku pamit yah. Semuanya aku amanahkan ke Irfan yah selaku wakil”
“Ok siap pak Kordes, Oh iya salam sama posko sebelah, hahaha” irfan tertawa
“Ok sip, aku berangkat”
Sepanjang perjalanan Hans tersenyum, karena tidak menyangka akan bisa pergi bersama Ratna, gadis yang ditaksirnya sejak semester 3. Gadis pintar berkacamata yang bisa mengimbanginya ketika berdiskusi dan belajar tentunya. Perjalanan yang cukup singkat karena jarak yang tidak terlalu jauh, akhirnya Hans sampai di Balai desa dan Ratna telah menunggu, dengan setelan kemeja biru dan Jilab biru dongker seolah menjadi kode alam karena Hans pun mengenakan kaos biru,
“Sudah siap?” Ayo berangkat nanti kepanasan”
“Ayo, terima kasih ya sebelumnya”
Mereka berdua meninggalkan balai desa dan melakukan perjalanan menuju kota, waktu tempuh sekitar 45 menit membuat mereka memiliki banyak waktu untuk berbicara panjang lebar, tapi apakah kamu pernah merasakan berada pada posisi mereka? Coba kau bayangkan disisi seorang Hans, kau sedang bersama dengan orang yang kau sukai dan kau tahu orang itu sudah tahu perasaanmu sementara dia cukup diam karena menghargaimu, disisi lain sebagai Ratna, kau sedang bersama orang yang menyukaimu, dan kau tahu dia menyukaimu dan sementara sekarang kau sedang berusaha menghargainya. Mereka berada pada posisi yang sulit dan rumit. Tak ada suara yang terdengar di 10 menit pertama perjalanan, sampai akhirnya Hans mencoba bertanya beberapa pertanyaan basa-basi,
“Ratna, bagaimana program disana? Sudah selesai?”
“Yah beberapam Hans. Sedikit lagi selesai. Kamu?”
“Beberapa lagi ratna, semoga [rpgram kita bermanfaat yah”
“Aamiin Hans”
Kemudian suasana kembali menjadi canggung dan tenggelam dalam diam. Raut wajah Ratna kini bersembunyi dibalik jilbab yang disingkap menutupi mulut dan hidungnya. Waktu terus berlalu sampai akhirnya mereka sampai di rumah Ratna. Ketika memasuki halaman yang luas, Ayah ratna terlihat sedang memperbaiki taman. Ratna kemudian menyalami ayahnya dan masuk kedalam rumah. Hans menunggu di luar. Beberap saat kemudian Ratna keluar bersama ayahnya, maklum saja Ratna merupakan bungsu yang sangat dekat dengan Ayahnya,
“Ayah aku pamit, mau ke kampus terus kembali ke desa. Oh ya 2 minggu depan jemput dikampus yah”
“Iya, hati-hati. Nak Hans, hati-hati bawa motor jangan balap-balap”
“Iya Om, Pamit Om.”
Mereka menuju kampus dan mengurus segala hal yang penting, tidak ada suara diantara mereka selain bahasa kaku tentang kampus. Semua terlihat kaku, entah kenapa tidak ada yang bisa mencairkan suasana. Hans selalu mencoba itu tapi selalu gagal dengan tanggapan Ratna, begitu seterusnya. Mereka tenggelam dalam diam dan kecanggungan yang entahlah apa yang bisa melunakkan itu.
Perjalanan pulangpun seperti itu 45 menit habis hanya dalam diam, tidak ada suara. Hanya beberapa pembicaraan yang membuat mereka sempat tertawa dan kembali menjadi canggung. Entahlah apa yang terjadi diantara mereka berdua.
90 menit dijalan dan 30 menit di kota, hanya membuat mereka tenggelam dalam diam, kecanggungan tanpa suara dan pembahasan. Hans bisa saja memulai namun karena harus menghadapi orang yang disukainya membuat dia bisu bahkan suaranya yang lantang disetiap diskusi kini hilang hanya karena seorang wanita. Disisi lain, Ratna diam seribu bahasa menggantung harapan bagi Hans, tidak ada kata Ya atau Tidak, dia diam dan tak bersuara bahkan lebih diam dari saat Ratna harus mendapat nilai C di salah satu mata kuliah. Semua terdiam dan mebisu selama 2 Jam! Perasaan itu tidak tersentuh selama 2 Jam bersama!. 2 jam yang apakah sia-sia? Tidak! 2 jam itu berharga, setidaknya bagi Hans bisa bersama Ratna selama 2 jam dan itu langka untuk terjadi lagi, semua tidak sia-sia. 2 jam itu indah, indah dalam diam, karena 2 jam langka yang dimiliki mereka hanya terjadi sekali hanya pada saat ini. Biarkan Hans berbahagia dengan 2 jamnya karena Hans harus menghadapi jam-jam berikutnya yang entah apa kejadiannya dengan Ratna menggantung semuanya.


Palu,11 Februari 2017
Ahmad Haris Mirta