Dear Tri,
Hai kak, apa kabarmu?
Kuharap kau lebih baik dari biasanya. Mungkin kau sudah capek dengan ribuan
suratku tapi aku yakin kau akan mengerti kenapa aku lakukan itu. Sudah dua
bulan kita pacaran dan mungkin surat ini adalah yang terakhir aku kirimkan
padamu. Aku tadi mungkin salah sebut, ya tepat dua bulan tapi tepat juga kita
berakhir. Aku tak pernah berfikir sebelumnya kalau akan secepat dan sesakit
ini.
Kak, mungkin kau membaca ini
ketika orang lain berada disampingmu. Saat kata pisah itu meluncur mulus dari
bibirmu, aku rasa tulang tungkai kakiku sudah patah, dan mataku panas. Aku tak
tahu apa yang harus aku katakan lagi, semua sudah kau putuskan. Hanya air mata
yang menetes perlahan dipipi ini. Aku terlalu munafik jika aku berkata aku siap
dengan keputusanmu tapi egomu lebih besar dari usahaku. Aku masih tak percaya
kalau ini adalah surat terakhirku untukmu.