Pages

Jumat, 31 Januari 2020

LCC 4 Pilar dan Hadiah Terakhir


Hari ini sebenarnya hectic dengan pekerjaan di kantor, saat pulang tiba-tiba keinget masa-masa SMA yang bisa dibilang lumayan seru. Mungkin kalian akan bilang masa SMA penuh dengan percintaan, kenakalan, dan keseruan lainnya. Ok saya akui itu, tapi ada beberapa momen yang masih membekas diingatan saya.

Sewaktu SMA saya punya obsesi bisa masuk Tim Elit Lomba Cerdas Cermat 4 Pilar, ituloh lomba yang biasa ditayangin di TVRI. Sejak MTS tiap nonton selalu ada obesesi kalau SMA harus masuk tim itu. Setiap sabtu minggu pasti anteng di depan TV jam 4 sore an cuman buat nonton acara itu, pokoknya jiwa nasionalisme saya sektika bangkit dan berkobar.


Nah, saat masuk SMA itu awalnya bimbang banget mau masuk OSIS atau organisasi lainnya, berhubung karena saat itu saya masih kurang famous jadi gak terpilih jadi anggota OSIS, oh ya saat itu pemilihan anggota OSIS hanya berupa pendataan nama tiap kelas yang minat kemudian ditentuin sama jajaran pengurus inti OSIS, gak fair kan? Ya gitulah, padahal saya kan berkompeten. Skip lah.
Karena tidak masuk OSIS, saya menutup diri dari Organisasi sejenak dan fokus dengan eskul olimpiade, oh ya saya adalah anggota eskul olimpiade kimia, keren gak? Meski pas seleksi tingkat kabupaten saya tidak lolos yah namanya juga pengalaman setelah itu saya tidak ikut lagi karena fokus sama eskul yang membuat saya terkenal dan banyak relasi, yaitu LCC 4 Pilar.

Setiap cerita tentang LCC 4 Pilar itu pasti ada sedih-sedihnya gitu, saya cerita dari awal deh sejak diumumkan seleksi anggota baru Tim LCC 4 Pilar SMA saya. Saat itu diumumkan sama guru PKn kalau beberapa minggu lagi akan ada seleksi dan kita sudah dibekali sama beberapa buku yang MUSTI, HARUS, KUDU, WAJIB dihapalin karena jadi materi seleksi. Nah dikelas ku tuh antusias sekali yang ikut banyak ada saya, iksan, salma, veby, afinda, dan wulan. Dikelas lainnya juga banyak dan jangan senang dulu, saingan kita itu juga dari anak kelas 11 gitu, oh ya disini saya masih kelas 10 masih siswa baru yang unyuk-unyuk gitu.

Seleksinya tejadi awal tahun 2011 dan saat itu memang jadi tahun terberat buat saya. Saat itu Nenek dari Mama jatuh sakit dan parah banget, sampai kami sekeluarga harus balik kampung karena takut terjadi sesuatu. Saat itu keadaan ekonomi keluarga kami masih sangat terbatas, saat itu Mama dan Papa masih merintis jadi jauh dari kata berada. Coba dibayangkan kami dari Pasangkayu Sulawesi Barat ke Sengkang Kabupaten Wajo Sulawesi Selatan yang waktu tempuh sekitar 18 jam menggunakan mobil toyota Avansa. Isinya ada 2 keluarga, keluarga saya sama sepupu saya coba tebak berapa total isi mobil itu? Isinya 9 orang dan banyak sekali koper dan tas, kami berhimpit-himpitan dan mencoba untuk saling mengerti. Pokoknya salah satu momen kebersamaan tapi sedih disini, keterbatasan dana dan nenek sakit.

Sesampainya di Sengkang, sekitar pagi hari kami menemui nenek yang sudah tidak bisa apa-apa, hanya kadang berbicara singkat dalam dialek bugis. Kami satu-satu mendekat dan menciumnya, nenek saat itu memang sangat rindu, apalagi ini baru pertama kalinya pertemuan kami setelah sekian lama, termasuk pertemuan pertama dengan adik bungsuku yang saat lahir jauh dari nenek. Nenek seketika kembali normal, tekanan darah bagus, dan berbicara dengan semangat. Melihat hal ini kami yang bersekolah memutuskan untuk kembali di hari keempat sedangkan Mama dan Tenteku tinggal untuk beberapa hari memantau perkembangan nenek.

Saat pulang dan kembali masuk sekolah, teman-teman masih sibuk dengan hapalan sementara saya masih khawatir, namun entah kenapa selalu ada yang menguatkan kalau ayo belajar masuk dalam tim dan menang, ini semua Indo aji (panggilan kami ke nenek). Saya belajar sekuat tenaga, sambil menjaga toko pakaian kami. Beberapa hari kemudian Mama dan Tante kembali karena nenek sudah pulih dan baik-baik saja. 

Saya mempersiapkan diri karena  beberapa hari lagi akan diadakan seleksi LCC. Besoknya saat itu malam hari habis sholat Maghrib, tante di Sengkang menelepon kalau Nenek meninggal, ini pukulan telak bagi saya, saya asalah satu cucu yang paling dekat dengan beliau, sejak kecil dirawat sama ambo aji dan indo aji, dan sekarang semua sudah pergi. Saat itu hapalan dikepala saya hilang seketika terpukul dan menangis sekeras mungkin, tidak mungkin ini terjadi, toh Mama baru saja sampai karena katanya nenek sudah membaik dan pulih seperti biasa, tapi hari itu nenek pergi untuk selamanya. Malam itu Mama, Papa, Om dan Tante pulang kampung sementara kami anak yang bersekolah tidak ikut karena tidak smepat mengambil ijin. Bisa kalian bayangkan, saya tidak bisa hadir dan bertemu indo aji untuk terakhir kalinya. Saya menangis satu malam penuh dan tidak bisa bilang apa-apa, teman-teman mengirim pesan menguatkan.  

Dengan mata bengkak saya ke sekolah, semua orang mengerti akan kehilangan saya yang sangat dalam. Namun seleksi tetap berlanjut, 2 hari menjelang seleksi hari hari yang saya rasa semakin berat ingin berhenti saja, tapi bisikan hati untuk memberikan yang terbaik demi Indo Aji selalu ada. Flashback tiba-tiba sebelum Ambo Aji (panggilan untuk kakek) meninggal, ketika itu saya perpisahan di Taman Kanak-kanak dan saya didapuk menjadi Ketua Panitian dan harus memberikan sambutan, saya berlatih dimanapun termasuk di rumah ambo aji, saat itu beliau memang sudah sakit dan cukup parah. Saya dilatih oleh papa, dan selalu berlatih dimanapun. Ada satu malam saat kami berkumpul menginap di rumah ambo aji, saya dilatih oleh papa dan ambo aji mendengarnya, betapa terharunya mendengar saya yang dulunya beliau timang-timang, beliau ajar ini-itu akhirnya membanggakan beliau. Saya belum mengerti apa-apa saat itu, hanya ketika dewasa Tante aji menceritakan bahwa saat mendengar latihan saya, ambo aji menangis terharu dan itulah saat terakhir saya membanggakan beliau karena setelah itu beliau meninggal. Momen seperti ini kembali terjadi, indo aji meninggal dan saya menghadapi seleksi. Saya berusaha terbaik untuk membuat beliau tersenyum sebagai hadiah terakhir. 

Hari seksi tiba, saya berdoa dan berharap semoga saya masuk ke dalam tim yang saya impikan dan memberikan ini sebagai hadiah terakhir untuk nenek. Seleksinya berjalan alot, ketat dan sangat serius. Seleksinya dilangsungkan di Perpustakaan, seleksinya menggunakan metode seperti LCC tapi versi Individu. Jadi tiap orang harus bisa menjelaskan satu Bab seperti yang diminta oleh penyeleksi, kemudan harus menjawab 5 jawaban pilihan Benar atau Salah, dan terakhir sistem rebutan. 3 tahap yang sangat mendebarkan, sistemnya pun sistem gugur. Dan 10 poin  tertinggi otomatis jadi anggota Tim LCC Sekolah. 

Saya sebenarnya tidak terlalu percaya diri, karena kemungkinan tim hanya 4 slot yang akan diisi oleh kelas 10 dan kami ada sekitar 15 orang yang memperebutkan 4 kursi itu. Seleksi dimulai, para kakak kelas memimpin nilai 5 poin tertinggi dibabak kedua otomatis lolos dan menjadi tim Inti karena tidka dapat terkejar. Sisa 5 slot, 5 slot sisanya diperebutkan oleh semua anak kelas 10 dan beberapa anak kelas 11 artinya 5 slot sebelumnya diisi anak kelas 11 yang memang menjadi tim Inti tahun lalu. Dan masuk ke babak ketiga yang sistem rebutan, saya menguatkan diri bahwa saya bisa, dan Alhamdulillah saya finish di posisi 7 tim Inti dan masuk tim LCC Sekolah. Sungguh sangat membahagiakan, setelah semua selesai terbentuklah tim LCC Sekolah terdiri dari 6 anak kelas 11 dan 4 anak kelas 10. 

Ah, setiap cerita bagian ini pasti nangis. Jujur saya dekat sekali dengan ambo aji dan indo aji karena mereka yang merawat kalau Mama ke Pasar menjual dan Papa ke kantor. Saya terkadang berpikir, apakah saya sudah cukup membanggakan mereka? Saya harap begitu, Saya merindukan kalian, terima kasih, dan semoga tiap hadiah terakhir yang saya berikan membuat kalian tersenyum disana.

Palu, 01 Februari 2020
Ahmad Haris Mirta

0 komentar:

Posting Komentar