Pages

Sabtu, 30 Maret 2019

Lika-Liku Drama ABG Labil, Akhirnya diterima di PTN Terbaik di Sulteng, KESMAS jadi Pilihan Hati Terakhir!


Mungkin ini sudah terlalu lama untuk dibahas kembali, tapi tidak ada salahnya mengulang momen-momen indah untuk diceritakan dan dibagikan. Ok, ini dimulai saat saya baru lulus SMA, yah seperti pada umumnya anak SMA setelah lulus mau melanjutkan ke Perguruan Tinggi alias KULIAH! Yuhuu, babak baru dalam kehidupan siap dimulai! Asik gak yah? Nah, saat itu masih masa-masa SNMPTN (Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri), masih membekas diingatan kalau dulu itu pas SNMPTN, karena memang cita-citanya mau jadi Dokter akhirnya terpilihlah jurusan Pendidikan Dokter di pilihan pertama SNMPTN, tempatnya di Universitas Tadulako, itu loh salah satu, Universitas terbesar di Indonesia Timur. Dua jurusan sisanya memiilih Universitas Negeri Makassar, universitas paling top untuk mencetak guru-guru terbaik, yah selain jadi dokter memang mau jadi guru atau passionnya mengajar, nah di UNM (singakatan dari Universitas Negeri Makassar) pilihan jatuh pada Pendidikan Kimia dan Pendidikan Bahasa Inggris, dengan begini kartu SNMPTN terpampanglah  jurusan yang semuanya ada embel-embel pendidikan di depannya meski pendidikan yang satunya itu luxuri pake banget!
Maklum Pendidikan Dokter di Negara ini mahal kalau ditanggung sendiri, jadilah cari beasiswa gitu ceritanya tapi gagal masuk bidik misi karena katanya orang tua saya mampu secara finansial buat menyekolahkan (bukan sekolah dokter tapi), jadi digugurkan lah oleh pihak sekolah. Ok, Papa itu seorang PNS dulu masih guru di SMP terus Mama itu Ibu Rumah Tangga yang bahagia yang punya toko baju, nah alasan ini yang membuat tidak boleh mengikuti bidik misi. Padahal kalau dihitung itu cuman pas buat kami, kami ada 4 bersaudara dan semuanya sekolah, rumah masih ngontrak, barang yang dijual Mama otomatis di utang dong, nanti laku dibayar, nah gaji CPNS golongan III/A saat itu berapa? Ini untuk menghidupi 4 kepala anak-anak yang masih polos yah, ditambah Mama yang baiklah bisa mendapat biaya sendiri dari jualannya, tapi itu tidak cukup untuk menyekolahkan saya menjadi seorang Dokter!

Ok, skip saja. Saat pengumuman kelulusan seperti biasa dong, karena otak yang tidak pintar-pintar amat, alhamdulillah bisa dapat peringkat 3 umum di jurusan IPA, syukur pake sekali loh, itu umum loh, dari ratusan siswa loh. Setelah pengumuman yang begitu indah dan sangat membuai saya dalam keindahan yang Haqiqi, beberapa minggu hati ini potek/runtuh/sedih/kecewa/galau/gelisah/merana/ atau apalah itu karena hasil SNMPTN tidak sesuai ekpektasi anak polos ini, disitu ada tulisan merah dan pakai huruf kapital, kalau tidak salah yah begini tulisannya “MAAF ANDA DINYATAKAN TIDAK LULUS DALAM PENERIMAAN SNMPTN 2014” kurang lebih seperti itu, maaf kalau tidak sesuai mengingat adlah salah satu kelemahan saya pasca ikut LCC 4 Pilar sewaktu SMA. (Ok, bagian LCC MPR akan saya ceritakan di segmen lain, elah kayak acara TV hahaha). Nah, karena hasil yang begitu menyakitkan, lebih menyakitkan dari ditolak doi, akhirnya runtuhlah keindahan yang haqiqi sebelumnya menjadi galaulah segalau-galaunya. Namun tidak berlangsung lama semangat bangkit karena ada SBMPTN (Seleksi Bersama Masuk Perguruan Tinggi Negeri), nah disinilah semangat menggebu dan menyampaikan keinginan terdalam dan terhebat pada masa itu kepada orang tua. Dengan sedikit takut-takut, berbicara kepada Papa dan Mama, dan jawabannya sudah bisa ditebak sih, “Tidak bisa nak, terlalu mahal. Apalagi kalau SBMPTN paling uang masuknya main di 300-an juta. Mama dan Papa belum sanggup dengan itu semua, belum uang semesternya yang katanya 8.5 juta, uang buku, biaya hidup, dan embel-embelnya”. Seketika hati terpotek kedua kalinya, sedih loh sayanya sampai mogok bicara saat itu, maklumilah saya saat itu adalah ABG labil yang sangat mementingkan mimpi dibandingkan sadar dengan realita. Sampai saatnya tiba, mogok bicara akhirnya berhenti ketika ingin masuk sekolah kedinasan, ini entah angin apa sampai kerasukan mau masuk sekolah kedinasan. Sebenarnya terinspirasi dari teman yang daftar tapi melihat otak saya yang lemah di matematika, entah ini bisa dibilang lemah atau tidak pokoknya matematika itu seperti buah simalakama (istilahnya asoooy banget lah). Akhirnya menyadari itu, teman yang daftar STAN (Sekolah Tinggi Administrasi Negara -saat itu, sekarang sudah ganti nama jadi Politkenik Keuangan Negara), membuat saya terpacu juga akhirnya memilih STIS (Sekolah Tinggi Ilmu Statistika), nah ini entah saya yang bego atau gimana, itu kan ada matematikanya juga, lebih spesifik malah ke statistika, tapi kalian taulah pikiran ABG labil. Saat itu dipikiran saya, oh statistika, bisalah dibandingkan mengukur trigonometri, menghitung apel yang dimakan tina dan tono, memprediksi kapan lampu hijau dan kuning menyala bersamaan. Akhirnya menyampaikan niat ini ke orang tua, orang tua setuju, mungkin kasihan lihat saya yang sudah patah semangat saat itu, dan mendaftarlah saya untuk menjadi salah satu abdi negara (bahasanya berat e), hari berlalu dengan ke sok tahuan ABG labil kayak saya yang berani ikut STIS tanpa BIMBEL (Bimbingan Belajar) akhirnya pas ujian syoklah ABG labil ini, semua soalnya matematika yang menjadi ketidaksukaan saya, syukurnya ditolong sama soal bahasa inggris yang menurut saya masih mudah dikerjakan. Namun, lagi dan lagi hati saya terpotek dan teriris (sadeeesstt) ketika tidak lulus lagi. Akhirnya mantaplah diri ini akan mengikuti  SBMPTN karena upaya kedua tidak membuahkan hasil yang memuaskan (gagal eh maksudnya keberhasilan yang tertunda). 

Setelah pergulatan dan pergolakan diiringi doa kepada Allah Subhana Wataalaa, akhirnya saya memberitahu orang tua untuk mengikut SBMPTN, karena ini sudah tidak masuk dalam masa transisi mogok bicara, Papa kembali dengan sikap tegasnya, membolehkan ikut tapi HARUS hukumnya WAJIB sekolah di Palu, titik tidak ada bantahan, kalau berani melawan siap-siap lah anda tidak dibiayai selama kuliah. Berani? Tentu tidak, apalah saya ini hanya remah-remah wafer SELAMAT (maaf bukan endorse). Dengan setengah hati eh sepenuh hati maksudnya, saya meng”iya”kan syarat itu, dan terpilihlah  eng-ing-eng hulalala jurusan yang tidak pernah ada dalam list impian, tidak pernah lewat jangankan lewat tau jurusan itu saja baru saat itu, tidak pernah dalam bayangan yaitu KESEHATAN MASYARAKAT atau kerennya PUBLIC HEALTH, oke memilih jurusan ini banyak pertimbangan loh, butuh refleksi diri, introspeksi diri dan bahkan harus konsultasi sana-sini. Baiklah, khusus tulisan ini saya bocorkan alasan memilih KESMAS (singkatan Kesehatan Masyarakat), pertama karena masih berhubungan dengan kesehatan, ya kali mirip-mirip dokter, ini masih belum move on yah guys, kedua karena kata kakak sepupu saya yang sudah kuliah di Kalimantan Timur dan mengambil jurusan KESMAS, itu prospek ke depannya bagus, ketiga karena yah udah pilihan cuman itu yang masuk di akal ABG labil seperti saya saat itu, maka dengan penuh semangat gairah terbentuk kembali setelah layu, mendaftarlah saya di Kota Palu. 

Awal pertama ingin mendaftar karena ketahuilah daerah asal saya dahulu adalah daerah yang begitu minim, akhirnya kami (saya dan sepupu saya), memilih ke Palu untuk melakukan pendaftaran, padahal ini Online loh tapi takut tidak tembus koneksi. Ke palu bermodalkan diri dan doa (ini sedih guys), eh bukan pertama kali kok bermodalkan diri dan doa, pas tes STIS juga begini sih heheh, berangkatlah kami ke Palu untuk mendaftar SBMPTN di salah satu warnet terpopuler saat itu sampai sekarang masih populer sih buat daftar SBMPTN dan sejenisnya. Di sana dengan keringat mengucur karena antrian di warnet seperti mengantri sembako, tibalah giliran ABG labil seperti saya ditanya untuk diisi formulir onlinenya, seperti pada umumnya jurusan ditanyakan lagi untuk memastikan urutan sesuai keinginan. Membaca formulir yang sudah saya tulis, operatornya berhenti saat akan menginput jurusan pilihan, dengan nada penasaran dia berkata (aseek) “Ini sudah betul dek? Pilihan ke 3 nya Pendidikan Dokter? Ini tidak ditukar pilihan pertanya Pendidikan Dokter?” masih ingat ekspresi operatornya bingung, dan dengan santai saya jawab saja “ tidak kak, benar sudah itu. Pendidikan Dokter terkahir, pilihan pertama KESMAS, pilihan kedua Pendidikan Kimia” sebenarnya dalam hati meringis dan hanya untuk memuaskan hasrat kalau di SBMPTN saya tetap memilih jadi dokter (ah, sedih ya atau tragis?).

Skip langsung tes aja yah, eh sebelum tes ada cek lokasi dan baiklah mungkin ini memang sengaja dikomporin atau dipanas-panasin sama si panitia lokasi tes saya di FKIK tau kepanjagannya? baiklah FKIK adalah Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan, wah batin saya tertekan? eh tidak kok biasa saja, soalnya KESMAS itu di FKIK juga, jadi lumayan tenang, dalah hati sih bilang begini “Oh KESMAS itu satu Fakultas sama Pendidikan Dokter, baiklah tabahkan hatimu nak untuk 4 tahun ke depan kalau dirimu lulus di sini” sebenarnya ini terlalu PD belum tes sudah pikir yang iya-iya (kalau tidak-tidak efeknya negatif hehehe). Dan esoknya tes sudah dimulai, biasa aja sih tesnya seperti tes masuk sekolah tinggi pada umumnya lebih ringan dari STIS malah (maafkan sedikit kesombongan ini). Nah setelah tes selesai, keluarlah saya sambil berkeliling. Melihat gedung-gedung bagus, ada yang memiliki kaca transparan, ada juga yang memiliki arsitektur unik, maafkan ke katro dan ke kampungan saya ini. Daripada lama-lama di kampus saya pulang bersama sepupu, pulang ke kos temannya sepupu, ini adalah fase dimana numpang-numpang berfaedah berlaku dalam hidup saya, by the way pas ujian masuk STIS saya numpang di kos itu juga, terima kasih temannya sepupu saya. Setelah semua urusan per-ujian-an SBMPTN selesai maka kembalilah kami ke daerah kami tercinta.
Beberapa bulan lamanya entah 1-2 bulan akhirnya pengumuman akan dirilis, karena takut jaringan tidak mendukung akhirnya ke Palu satu hari sebelum pengumuman, dan saat itu adalah bulan puasa. Saat itu rencananya kita mau lihat pengumuman sama-sama sambil buka puasa dirumah teman yang alhmadulillah sudah nge-kos di Palu. Setelah drama hampir disenggol motor saat maghrib-maghrib, maka berkumpullah kami di rumah teman saya tadi, memohon doa terbaik dan hasilnya adalah……………………… 

tada……….. 

tulisannya hijau dan lulus di Kesehatan Masyarakat Universitas Tadulako!!!

Alhamdulillah, syukur dengan se syukur-syukurnya, langsung menelepon orang tua, orang tua senang, terharu, dan bangga, akhirnya drama ABG labil yang sangat menyayat hati ini sedikit mendapat kebahagiaan dan keberkahan.  Banyak bersyukur bisa diterima di UNTAD (singkatan Universitas Tadulako) dan jurusan penyejuk hati dan pelipur lara hati saya KESMAS. Maka dengan mengucapkan Bismillahir Rahmanir Rahiim, Rys Journey is begin!!!!

Maaf, tabe ini loh gambar hasil screen shoot dari laptop teman pas dinyatakan lulus SBMPTN


Nah, sebelum menutup catatan ini, apa yah yang bisa saya ambil hikmahnya ini menurut saya loh, pertama berusaha semaksimal mungkin dan iringi dengan doa karena bagaimanapun Manusia hanya berusaha semua hasilnya berada di Tangan Tuhan. Kedua, jika mimpi hilang satu, itu bukan berarti menghancurkan mimpi yang lainnya, mimpi menjadi dokter mungki tidak tecapai tapi mimpi untuk berkuliah dan membahagiakan orang tua tetap harus diwujudkan. Ketiga, apapun masalahnya hadapi! Jangan dijauhi atau bahkan di abaikan, ini berdasarkan kasus mogok bicara. Keempat dan terakhir, setiap usaha yang baik dan bersungguh-sungguh akan mendapat hasil yang luar biasa bahkan diluar dugaanmu, ini lebih tepatnya tiada hasil yang menghianati usaha. Itu loh hikmah dibalik catatan saya ini, kalau menurut teman-teman apa sih hikmah lainnya? 


Palu, 31 Maret 2019
Ahmad Haris Mirta
 

0 komentar:

Posting Komentar