Meniti
Mangata
Sobekan buku itu serasa
merobek hatinya yang sedang perih, seorang pemuda menangis di balai sebuah
rumah pinggiran sungai malam itu diterangi sebuah lampu minyak sederhana,
“Aku harus melupakannya, Dea!” pemuda itu terisak
“Aku mengerti, Rev. Tapi kau masih sering bertemu, ingat
kau adalah temannya dan terbilang dekat dengan dia. Mana mungkin kau bisa
menjauhinya dalam situasi seperti itu?” seorang gadis mengelus halus
punggungnya