Dear Tri,
Hai Kak, aku menyapamu lagi.
Kau tidak bosan kan? Aku masih merindukanmu. Kemarin aku menerima balasanmu,
pertanyaanmu banyak sekali kak! Aku boleh protes dong. Oh ya aku mau jawab deh
pertanyaanmu yang kemarin.
Tahu gak kemarin aku
memecahkan sebuah gelas, aku takut akan terjadi sesuatu seperti banyak
kepercayaan nenek moyang , katanya kalau ada sesuatu yang pecah akan terjadi
sesuatu. Awalnya aku tidak percaya tapi menerima surat kakak kemarin aku takut
itu akan terjadi.
Rasa sayang memang tak
selalu ada jika kita selalu menagihnya, karena rasa sayang tidak bisa kita
sebutkan tapi dirasakan. Aku menyayangimu tanpa alasan dan tak ingin memberi
alasan, apa kamu tahu kenapa? Karena rasa sayang tak butuh pamrih untuk
diberitahukan. Aku tahu sulit bagi kita menerima kenyataan ini, tapi ingatlah
Rasa sayang selalu menyelimuti kita jika kita masih punya hati, perasaan, dan
cinta.
Aku terlalu teoritis kalau
harus menulis definisi ini dan itu, aku pun terlalu naif jika hanya memberi
argumen. Tapi yakinlah aku tahu kamu masih menyayangiku. Tanyakan pada hatimu,
apa kah masih ada cinta atau tidak? Aku tahu ini terlalu percaya diri tapi
perasaan tak bisa dibohongi.
Aku tak bisa menerima alasan
terlalu puitis untuk kamu jual padaku, kamu memang sering bertindak salah dan
gegabah, tapi apakah cinta harus menyalahkannya? Sekali lagi cinta tidak
seperti itu. Apakah kau tahu kita bersama karena saling melengkapi antara satu
dengan yang lain? Apakah kau lupa kita ingin menghadapi ini bersama? Sekali lagi
tidak, kita bukan lagi dua individu tetapi kita sebuah kelompok kecil yang
didalamnya hanya ada aku dan kamu.
Rasa sayangmu begitu besar
meski tak ada yang satupun ingin kubeberkan karena aku masih ingat Rasa sayang
tak butuh pamrih. Kau selalu mempersoalkan masalah klasik yang sebenarnya kau
pun tahu sendiri jawabannya. Entah kenapa? Kau begitu malu untuk mengakuinya.
Kau menyayangiku dengan sepenuh hati! Ya aku percaya karena dalam setiap hembus
nafasmu masih ada namaku terucap meski hanya beberapa kali saja. Aku percaya
kau menyayangiku jika kau tak berbohong kalau aku berada hampir di pikiranmu
hampir setengah harimu.
Kak, aku mungkin terlalu
egois jika mengakui KAU MILIKKU, tapi aku harus mengakuinya karena kau pun
egois dengan AKU MILIKMU DAN DENYUT NADIKU ADALAH NADIMU JUGA. Tapi akau bangga
dengan itu! Aku suka dengan itu! Tandanya
cinta dan kssih sayangmu masih untukku sepenuhnya.
Aku memang bukan sosok
sempurna yang selalu dihadirkan ditokoh dongeng,film,atau drama, tapi Kakak
hanya perlu tahu kalau aku adalah sosok dibalik punggungmu, disamping pundakmu
dan didepan dadamu. Aku adalah
penyemangatmu meski bukan pom-pom girl atau sejenisnya, aku adalah pendampingmu
meski bukan sosok nyata yang akan hadir disetiap waktumu, dan aku adalah kekasihmu yang kadan butuh bersandar
didadamu ketika aku butuh menangis.
Kak, aku terlalu banyak
menggunakan pandanganku dan melupakan pandanganmu tapi yakinlah pandangan kita
tidak berbeda karena kita adalah satu bukan dua individu.
Aku kira mungkin surat ini
bisa menjawab kebingunganmu, karena kau sendiri tahu aku tidak berbakat menulis
tapi setidaknya aku belajar menulis dengan cinta, semangat dan kasih sayangmu,
With
Love
Rys
Pasangkayu
8 Juli 2014
Pukul 11.45 WITA
Ahmad Haris Mirta
0 komentar:
Posting Komentar