Autumn in Rikugien
Kakinya masih terayun di atas bangku panjang taman.
Sesekali wajahnya diterpa angin musim gugur. Bunga sakura jatuh menari di atas
kepalanya. Gadis berambut hitam itu masih terdiam dalam kesendiriannya. Autumn
in Tokyo, tepat untuk menggambarkannya di tengah taman Rikugien yang penuh
jingga senja itu.
Tatapannya masih seperti setahun yang lalu penuh
harap pada sesuatu. Atsuko Nakagawa gadis perawakan sedang dengan mata bulat
hitam, dialah gadis yang sedang duduk di taman Rikugien senja itu. Dia menanti
seseorang yang tak mungkin kembali lagi, Shinichi Hayagawa pemuda tampan dengan
tinggi di atas rata-rata orang jepang, yang setahun lalu melamarnya tepat pada
senja musim gugur di taman Rikugien.
“Tuhan, kembalikan Shinichi-ku. Aku merindukannya.”
Gadis
itu terisak, hembusan angin senja itu menerbangkan dedaunan momiji yang kering.
Gadis itu berhenti dan menutup matanya.
“Shinichi,
kejar aku!” gadis itu terus berlari
“Atsuko! Hati-hati nanti kau tersandung!” teriak
pemuda bersurai hitam
“Tidak mungkin! Aku pelari yang hebat!”
“Atsuko, awas!”
Brukk
Gadis itu terjatuh setelah menabrak bangku taman.
“Kamu tidak apa-apa?” Shinichi berlari menghampiri
Atsuko
“kamu bodoh! Kau tak lihat tanganku berdarah!”
atsuko menggembungkan pipinya
“baiklah, sini aku obati” Shinichi menggendong
Atsuko menuju pelayanan kesehatan taman.
Atsuko
membuka matanya dan menyadari Shinichi-nya telah tiada, isakannya kini semakin
dalam, dia kembali menutup matanya,
“Shinichi, apakah kau mencintaiku?”
Atsuko memainkan rambut Shinichi
“Pertanyaan bodoh! Tentu saja, aku
mencintaimu”
“aku tidak bodoh! Oh ya, jika salah
satu dari kita pergi bagaimana?”
“pergi? Kau mau ke mana, huh?” Shinichi
menggenggam tangan Atsuko
“Meninggal misalnya!”
“Bahagialah bersama orang lain” Shinichi
tersenyum
“Apa katamu? Mudah sekali!” Atsuko
memukul Shinichi dengan buku
“Memangnya salah? Buat apa kamu menunggu orang yang
tidak akan kembali? Lagi pula hidup harus terus berlanjut!”
“Baiklah, tapi aku yakin kita akan
bahagia sampai kakek-nenek!”
“Apapun untukmu Atsuko-ku” Shinichi
terus tersenyum.
Atsuko
kembali membuka matanya, sehari setelah percakapan itu dia harus merelakan Shinichinya
pada kecelekaan kereta di Kyoto.
Matahari kini semakin jingga, Atsuko
masih terisak di bangku taman Rikugien. Dia masih merindukan Shinichi, orang
yang dicintainya sampai kapan pun. Lampu taman mulai menyala satu per satu,
beberapa anak kecil mulai berlarian menyapu momiji yang berserakan ditaman.
“Atsuko, kau masih disini?” seorang pemuda lain
dengan suara bass menghampirinya.
“Akihiro. Aku belum bisa melupakan Shinichi” Atsuko
terus terisak
“Aku akan menunggumu, sampai kau melupakannya”
“Kenapa Akihiro? Aku calon istrimu dan masih
mencintai orang lain bukan dirimu!”
“Karena aku mencintaimu! Aku akan menunggu sampai kamu
melupakan Shinichi dan bisa belajar mencintaiku”
“Apakah kau tak merasa risih? Besok kita akan resmi
menjadi pasangan dan aku masih mencintai orang lain!”
“Sudah berulang kali aku katakan Atsuko! Aku akan
menunggumu. Aku mencintaimu melebihi apa yang ada dalam pikiranmu” Akihiro
sedikit berteriak
“Kamu tetap kukuh, aku harap kamu bisa bersabar dan
aku akan mulai belajar mencintaimu”
Atsuko
sadar dengan pesan Shinichi bahwa hidup harus terus berlanjut, meski cinta
sejatimu telah tiada tapi berusahalah untuk bahagia dengan orang lain. Atsuko
menyeka air matanya, dan bangkit berdiri disamping Akihiro.
“Antar aku pulang, mungkin ibu sudah
khawatir dengan kita”
“Baiklah tuan putri, kita berangkat
sekarang!”
Mereka
meninggalkan taman Rikugien, meninggalkan kenangan Atsuko dan Shinichi dan
mulai menata kisah baru Akihiro dan Atsuko.
“Aku tetap mencintaimu Shinichi sama
seperti yang dulu tidak berubah sampai kapan pun!” bisik Atsuko pada angin
malam.
Ahmad Haris Mirta
0 komentar:
Posting Komentar